Sumbangsih Tanah Lirik Untuk Energi Nasional, Dari Digdaya Pompa Angguk Sampai Inovasi LESP

Sumbangsih Tanah Lirik Untuk Energi Nasional, Dari Digdaya Pompa Angguk Sampai Inovasi LESP
inovasi LESP sukses meningkatkan produksi minyak bumi dua kali lipat di sumur tua di Pertamina EP Lirik yang sudah tidak produktif lagi

Di penghujung tahun 1925, para teknokrat Belanda melangkah bak bayang-bayang asing menyusuri hutan lebat, lembah, dan pegunungan. memburu napas bumi yang tersembunyi di bawah permukaan tanah nusantara, terselip diantara air, pasir dan batu, di bawah ratusan meter dari kedalaman bumi.

Di bawah sinar matahari tropis dan dekapan rimba zamrud katulistiwa, para teknokratnya Ratu Wilhemina dengan membawa peralatan canggih di zaman itu membelah hutan belantara dan pegunungan terjal, menembus kabut nan bisu, mencari sumur-sumur kehidupan baru, sumur-sumur yang mengalir didalamnnya emas hitam berlatung yang terkenal dengan nama minyak bumi. 

Berkaca dari temuan minyak bumi pertama di nusantara tahun 1883, menjadi spirit para teknokrat menir gigih menyulam peta-peta geologi dengan ketelitian seorang seniman mineralogi. Degup mesin bor bergema menggantikan simponi tropis, gesekan besi dan tanah terbelah menyibak rahasia alam yang tersembunyi dalam gelapnya perut bumi, menandai babak baru dalam sejarah energi tanah air.

Dengan peralatan dan teknik-teknik mutakhir di zaman itu, boran-boran menembus kedalaman tanah yang belum pernah dijamah. Tetesan fossil cair yang terperangkap dalam pelukan bumi disedot ke permukaan, warisan dari zaman purba itu menjadi simbol dari harapan dan kemajuan. 

Di sumur-sumur tua seperti yang tersebar di Lirik, sang kompeni menemukan denyut kehidupan yang mengalir dari kapiler-kapiler bumi. Di antara debu dan gemuruh mesin, para teknokrat itu menuliskan babak baru perjuangan energi, merekam dedikasi eksplorasi di tanah jajahan. Ikhtiar sang menir menggelorakan potensi bumi, menjadikan Indonesia bagian dari peta energi dunia, memahat sejarah lewat kerja keras untuk menjadikan Lirik sebagai kawasan industri perminyakan baru di Sumatera kala itu.

Di Lirik, teknokrat kompeni membutuhkan 14 tahun untuk memastikan tanah-tanah mengandung darah bumi jadi kekuatan zaman yang hilang. Tahun 1939, pengeboran pertama berhasil di lakukan oleh perusahaan  Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM) yang merupakan anak perusahaan swasta Standard Oil of New Jersey (SONJ).

Pada tahun 1941, teknokrat Belanda menemukan potensi minyak di struktur Sago, dari Test awal di sumur yang di beri nama LS 10 itu, dapat menghasilkan minyak 850 Barel Oil Per Day (BOPD), dengan kadar air nol persen. Artinya minyak yang disemburkan merupakan kualitas terbaik.

Tak hanya itu, NKPM juga sukses menemukan ladang minyak baru di struktur Ukui, Andan dan Pulai pada tahun 1949. Struktur-struktur ini melengkapi cadangan minyak yang akan di kelola oleh perusahaan patungan Amerika dan Belanda kala itu.

Pada tahun 1950, di dataran sedang yang berbatasan dengan kawasan Bukit Macan belantara Seko Lubuk Tigo (Seluti), di areal seluas 100 meter persegi menjadi saksi sejarah perminyakan di tanah Melayu yang menandai dimulainya teknologi pompa Angguk merek Lufkin milik NKPM untuk pertama kalinya dioperasikan mengangkat emas hitam di sumur minyak yang diberi nama LR 03.

"Dari cerita ayah kami dahulu, yang merupakan orang asli Seko Lubuk Tigo ini, sekitar tahun 1939, dilakukan pengeboran pertama untuk menemukan minyak bumi, pengeboran satu dan dua gagal, tidak di temukan minyak, namun pada pengeboran ketiga yang hanya berjarak dua puluhan meter dari tempat atau sumur pengeboran satu dan dua, pengeboran di sumur ketiga ini berhasil, dan menjadi sumur pertama yang memancarkan minyak," kisah pemuka masyarakat Kecamatan Lirik HM Jumarnis di pertengahan bulan Oktober lalu.

“Bisa kita telusuri di prasasti yang ada di pompa angguk LR 03 di Desa Seluti, tertuliskan produksi pertama tahun 1950," imbuhnya

Sejak tahun 1950, Pompa angguk di Kecamatan Lirik tak henti mengantarkan jutaan barel minyak bumi ke permukaan tanah sampai kini. Walau pengelola sumur-sumur minyak di Lirik berganti nama, mulai dari Stanvac menjadi PT. Stanvac  Indonesia. Kemudian pada tahun 1963 Stanvac melakukan kontrak kerjasama dengan Pertamina sebagai perusahaan milik pemerintah yang bergerak di sektor perminyakan.

“Nama perusahaan saja yang berganti, pompa angguk tetap saja masih beroperasi sampai saat ini dalam memproduksi minyak bumi di Lirik,”tukas H Jumaris

Apa yang disampaikan oleh H Jumaris tentang perjalanan sejarah industri perminyakan di Seluti, turut diamini oleh Field Manager Pertamina EP Lirik, Luqman Arif, dirinya membenarkan bahwa di Lirik telah melakukan kegiatan eksplorasi di tahun 1925 oleh Standar Oil of New Jersey (Amerika) dan NKPM (Belanda). Tonggak sejarah nya terjadi tahun 1939, ketika NKPM Berhasil mengebor dan menemukan minyak di sumur LR 03.

Rentang waktu dari awal pengeboran sampai produksi minyak pertama yang dilakukan pada bulan Januari 1950 itu, menghabiskan masa 11 tahun, tersebab persiapan dilakukan Stanvac untuk membuka hutan, membangun jalur transportasi, serta membangun kamp kamp pekerja serta membangun pompa pengisap minyak yang didatangkan dari Eropa.

"Produksi pertamanya di tahun 1950," kata Luqman Arif, Senin (13/10/2025)

Pompa angguk memang merupakan salah satu teknologi penting dan paling umum digunakan dalam pertambangan minyak pada era 1950-an. Teknologi ini dianggap mumpuni pada masanya karena sederhana, efisien, dan relatif murah untuk memompa minyak dari dalam perut bumi ke permukaan.

“Di antara teknologi buatan untuk sumur minyak, pompa angguk yang paling banyak dipakai pada dekade 1950-an karena keandalan dan efisiensinya,”bebernya

Kini, usia Lufkin itu sudah 75 tahun, sejak operasi pertamanya berhasil mengangkat sebuah mahakarya alam yang terbentuk dari sisa-sisa kehidupan laut yang terperangkap dan bertransformasi di kedalaman bumi masih bertahan sampai di masa kini.

Pompa angguk di Lirik pernah berjaya di masa nya, jutaan barel minyak telah disedotnya, besi tua itu juga telah merubah nasib banyak orang di Seluti, berperan memoles belantara menjadi kota. Tanah tak berpenghuni menjadi kawasan industri. Anggukannya ikut menggoreskan tinta sejarah perminyakan tanah air, teknologi jadul berlumuran latung itu juga memiliki andil dalam membiayai pembangunan di republik ini.

Walau tak sedigdaya tempo dulu, Lufkin renta di Seluti tetap setia mengangguk pelan, mengumpulkan cercah cercah harapan untuk melayani negeri mengumpulkan energi, tetap konsisiten mengubah gerak putar menjadi gerak naik turun dalam semangat menjadi bagian dari perusahaan energi nasional kelas dunia.  

Tetap beroperasi nya pompa angguk hingga kini, merupakan eksistensi berspirit tinggi dari patriot energi nasional dalam menjaga penyediaan sumber energi yang mencukupi dan terjangkau, guna menyokong pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan di negeri gemah ripah loh jinawi ini.

Lirik dengan kekayaan alam berupa berlimpahnya minyak bumi, masa itu takkan bisa terulang kembali, cadangan minyak akan terus menipis hingga menyisakan situs situs peninggalan sejarah sebagai tempat bernostalgia dengan kenangan indah masa silam.

Saat ini, yang bisa di lakukan oleh Pertamina sebagai perusahaan minyak negara hanya melakukan optimalisasi pemanfaatan sumur-sumur tua yang masih memiliki potensi untuk di produksi.

 “Sumur-sumur tua yang masih memiliki potensi minyak bumi berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis, maka dioptimalkan produksinya,” kata  Luqman Arif

Dari segi jumlah produksi, sumur tua memang tidak menghasilkan minyak bumi dalam jumlah besar. Beberapa diantaranya tak bisa lagi ditangani dengan cara biasa, butuh sentuhan khusus agar potensi bisa dioptimalkan. Fluida di bawah nya masih cukup lumayan untuk menambah produksi minyak bumi yang kini terus mengalami penurunan. 

Untungnya, Inovasi-inovasi dalam bidang pertambangan dan perminyakan terus bermunculan, salah satunya Linier Electrical Submersible Pump (ESP) yang menjadi oase di Pertamina Field Lirik, teknologi ini mengubah proses produksi yang tadinya mulai melambat dan terasa berat menjadi lebih dinamis dan penuh harapan. LESP memainkan peran utama dalam menggugah sumur yang lesu menjadi lebih powerfull, mengoptimalkan produksi minyak agar kembali mengalir deras dari kedalaman bumi. Dengan sentuhan LESP, bumi Lirik kembali bangkit dan bergairah, keselarasan yang memadukan teknologi terkini dengan alam Lirik dalam harmoni indah demi masa depan energi yang lebih cerah.

“Linier Electrical Submersible Pump berfungsi untuk mengoptimalkan produksi sumur berdasarkan kapasitas atau kemampuan produksi dari masing masing-masing sumur, sehingga kita dapat memproduksi minyak bumi dari sumur secara optimal, di Pertaminan Field Lirik ada tiga sumur yang memanfaat teknologi LESP untuk mendongkrak laju produksi. Insya Allah tahun depan teknologi serupa akan di pakai untuk tambahan dua sumur lainnya, ” terang Luqman

Dibandingkan saat sumur-sumur tua yang tak lagi produktif dan hanya memanfaatkan teknologi jadul pompa angguk untuk mengangkat minyak bumi sebagaimana yang biasa dilakukan berpuluh-puluh tahun sebelum ini. Kala daya juang pompa angguk melemah, bukan karena usia, tapi karena alam menyediakannya secara terbatas. Potensi-potensi yang ada tersebar di kapiler-kapiler kecil di dalam perut bumi digenjot oleh teknologi LESP untuk memberi efek yang sangat luar biasa, meningkatkan kapasitas produksi menjadi dua kali lipat dari sebelumnya. 

“Sangat efektif dengan besaran kuantitas menjadi dua kali lipat sebelum LESP digunakan,” ungkap Field Manager Pertamina EP Lirik ini.

Diakui Luqman Arif, LESP berfungsi mengakomodir kekurangan pada pompa angguk  yang sudah tidak efektif untuk digunakan pada sumur-sumur dengan jumlah produksi kecil. Namun tidak semua pompa angguk perannya bakal digantikan dengan LESP, hingga kini alam Lirik masih tetap setia melayani Pertamina dalam memenuhi kebutuhan energi nasional. Sumber daya alam yang tidak bisa di perbarui itu masih berpotensi untuk diproduksi pada sebagian besar sumur-sumur di Lirik. 

“Masih ada sumur-sumur yang secara potensi nya masih mampu diproduksikan dengan kapasitas milik pompa angguk,”pungkasnya

Di Lirik, dua pilar kekuatan pertambangan minyak bumi beda karakteristik berkolaborasi membentuk simfoni energi yang kompleks dan menantang. Pompa angguk, dengan gerakan mengangguknya yang konsisten, meliuk dari kedalaman sumur tua, suara ritmisnya menjadi denyut kehidupan menjaga napas produksi tetap menyala. Di sisi lain,  LESP datang dengan asa dalam kepastian magisnya, mengalirkan elektrisitas halus namun dahsyat, perannya memompa semangat baru ke dalam sumur yang mulai lesu.

Teknologi lintas zaman mesra berduet dalam harmonisasi yang diorkestrasi Pertamina Field Lirik, keduanya serasi dalam peran berbeda memenuhi kebutuhan energi nasional. Dalam loyalitasnya yang tak pernah lelah, pompa angguk memiliki peran tak terbantahkan dalam mengantar darah energi bumi ke permukaan. sementara LESP datang dalam balutan teknologi masa kini, mengembalikan asa yang sempat melemah sebelumnya. Memutarbalikkan jumlah produksi dua kali lipat sesudahnya. Dua kekuatan ini menggerakkan aliran energi fossil cair dari kedalaman bumi untuk kemakmuran dan keberlanjutan, kehadiran keduanya seakan merefresentasi semangat pertamina dalam menyediakan energi yang andal, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia. 

Dari Pertamina Field Lirik menjadi contoh nyata bahwa potensi alam dan inovasi Pertamina wira berpadu menciptakan harmoni energi yang memukau, selaras pula dengan motto perusahaan BUMN di bidang migas ini untuk terus berinovasi dalam melayani kebutuhan energi masyarakat dengan penuh tanggung jawab dan profesionalisme. Dalam motto "Energi untuk Indonesia." menegaskan jadi diri Pertamina sebagai tulang punggung ketahanan energi nasional.

Penulis : Apon Hadiwijaya

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index